Welcome to KID'Z Land

Minggu, 19 Mei 2013

Media Sosial dan Perpustakaan


            Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup saling berdampingan satu sama lain. Manusia akan bisa merasa dan bertahan hidup dengan hadirnya sosok manusia lain di sekitarnya. Dengan berkomunikasi antar sesama, manusia akan bisa terus bertahan hidup dan memperluas wawasannya dalam segala bidang.
            Selain itu manusia juga membutuhkan informasi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan dan untuk menjaga komunikasi dengan sesama manusia lain. Informasi sendiri sangatlah beragam jenisnya dan belum tentu baik dikonsumsi semua. Untuk itulah manusia harus pandai dalam memilih dan menyaring informasi yang tersedia atau pun yang didapatkan. Informasi bisa didapat dari berbagai sumber, entah itu dari buku, koran, blog, forum-forum, juga media sosial, dan lain sebagainya.
            Sumber informasi berupa buku sebagian isinya tepat karena memang isinya ada yang mempertanggungjawabkan. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan sudah tentu buku yang memang layak dikonsumsi isinya oleh orang banyak karena memang tidak sembarang buku dijadikan koleksi. Lain halnya dengan informasi yang ada di internet (blog, forum, dan lainnya), tidak semua informasi di dalamnya tepat karena semua orang bebas untuk menulis apapun tanpa diketahui latar belakangnya.

            Kedua sumber tersebut memang berbeda kemasan dan cara penyajiannya sehingga berpengaruh pula terhadap selera penggunanya. Dengan perbedaan tersebut apakah keduanya menjadi suatu persaingan ataukah saling melengkapi? Kita sebagai pengguna tidak akan pernah tau jika kita sendiri tidak pernah melakukan penelusuran informasi.
            Perpustakaan adalah suatu lembaga yang menyediakan informasi yang beragam (tergantung dari jenis perpustakaannya). Informasi yang ada di perpustakaan sudah dapat dipastikan informasi yang tepat dan akurat karena sumbernya pun jelas. Perpustakaan juga terbagi menjadi beberapa jenis tergantung kebutuhan para penggunanya. Dengan kemajuan jaman, koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan tidak hanya koleksi buku, namun kini telah banyak perpustakaan yang memiliki koleksi digital. Cara pelayanannya pun kini tidak hanya pada pelayanan manual. Sudah banyak perpustakaan yang menggunakan pelayanan otomatis. Pelayanan tersebut antara lain OPAC, digital library, sistem scan barcode untuk peminjaman, bahkan ada yang sudah menggunakan teknologi RFID. Di jaman yang serba maju ini sangatlah ketat dalam hal persaingan. Jika tidak ingin ditinggalkan oleh penggunanya maka perpustakaan haruslah berbenah dan berbaur dengan jaman.
            Sedangkan media sosial sendiri adalah suatu media (sarana) yang digunakan untuk mengungkapkap suatu gagasan, ide, dan pendapat seseorang mengenai suatu masalah atau bahasan dan berhak dibaca oleh orang umum. Dalam penyampaian pendapatnya, seseorang bebas mengungkapkan apa saja yang ada di kepalanya, namun haruslah tetap menggunakan etika agar kelak pendapat, ide, atau gagasannya tidak menyinggung perasaan orang lain yang membacanya.
            Banyak orang yang berpikir bahwa mencari informasi di perpustakaan tidak menarik karena berbagai alasan, salah satunya soal kecepatan pencarian. Hal tersebut membuat banyak orang menjadi malas mengunjungi perpustakaan. Namun pustakawan haruslah kreatif dalam berbagai bidang, salah satunya dalam bidang IT dan pemasaran. Pustakawan bisa memanfaatkan sosial media yang bisa dikatakan sebagai saingan untuk menggali informasi sebagai sarana untuk memajukan perpustakaan itu sendiri. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh para pustakawan, seperti memasarkan kegiatan tentang perpustakaan, memasarkan jasa perpustakaan, juga untuk menampung tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh para pustakawan. Dengan dilakukannya hal-hal tersebut maka sosial media tersebut bisa bermanfaat untuk dunia perpustakaan.
            Kegiatan memasarkan perpustakaan bisa menjadi sangat mudah bila bisa memanfaatkan fungsi dari media sosial sendiri. Pustakawan bisa melakukan kegiatan tersebut melalui media sosial yang berbentuk cetak (koran, tabloid, dan sebagainya) atau melalui media sosial maya/virtual (Facebook, Twitter, Blog, YouTube dan lain sebagainya). Media-media tersebut bebas digunakan oleh siapapun tanpa ada larangan.
            Para pustakawan juga bisa mempublikasikan berbagai macam jenis tulisan yang mereka hasilkan. Mereka bisa menulis sebuah buku dan mereka terbitkan melalui jasa penerbit. Setelah itu, untuk memasarkan buku tersebut mereka bisa memanfaatkan media sosial. Misalnya memasarkan buku mereka melalui facebook dan twitter. Kedua media sosial tersebut sudah dikenal banyak orang dan penggunanya meliputi lingkup dunia. Dengan cara tersebut, semua orang akan tahu tentang apa yang pustakawan pasarkan dan sedikit demi sedikit orang awam juga akan tahu mengenai dunia perpustakaan. Media sosial juga bisa diganakan untuk interaksi antara pustakawan dan pengguna. Interaksi dapat dilakukan secara sinkronus (fasilitas chatting) atau asinkronus (fasilitas kirim pesan/personal message)[1].
            Selain itu, beberapa perpustakaan menggunakan YouTube untuk mempromosikan pelayanan mereka[2]. Para pustakawan hanya perlu membuat akun dan sudah langsung bisa mengunggah video di youtube.com tanpa dipungut biaya. Dengan begitu, orang diseluruh dunia akan tahu tentang perpustakaan dan apa yang dipromosikan.
                Dari pembahasan di atas dapat diketahu bahwa sebenarnya media sosial dan perpustakaan bisa dijadikan suatu cara baru untuk berbagi informasi. Keduanya sama-sama menyediakan informasi walaupun berbeda cara menyajikannya. Namun perbedaan itu tidaklah menjadi suatu halangan untuk dijadikan sebuah inovasi.
                Sosial media bisa bermanfaat bagi perpustakaan untuk kegiatan promosi dan penyebaran informasi. Dengan kelebihan sosial media yang digunakan oleh banyak orang maka perpustakaan pun juga berkemungkinan dikenal. Perpustakaan akan tetap digunakan oleh banyak orang jika para pustakawan mampu memanfaatkan kelebihan media sosial yang ada. Jadi kedua media tersebut sebenarnya bukanlah menjadi suatu persaingan, akan tetapi bisa dijadikan sebuah sarana untuk membantu fungsi masing-masing.

Salam Pustakawan *






Referensi
diakses tanggal 13/05/2013 21:40

diakses tanggal 13/05/2013 21.28



[1] Hendro Wicaksono, LIBRARY 2.0 DAN DAMPAKNYA DALAM PENGEMBANGAN APLIKASI DAN LAYANAN PERPUSTAKAAN, (http://www.pdii.lipi.go.id/baca/index.php/baca/article/view/93), tanggal akses 13/05/2013 21:40
[2] Rosa Widyawan, LIBRARY 2.0 TIDAK TERASA ADA DI SEKITAR KITA, (http://pdii.lipi.go.id/baca/index.php/baca/article/view/94), tanggal akses 13/05/2013 21.28

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Flame