Pada dasarnya manusia adalah makhluk
sosial yang hidup saling berdampingan satu sama lain. Manusia akan bisa merasa
dan bertahan hidup dengan hadirnya sosok manusia lain di sekitarnya. Dengan
berkomunikasi antar sesama, manusia akan bisa terus bertahan hidup dan
memperluas wawasannya dalam segala bidang.
Selain itu manusia juga membutuhkan
informasi untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan dan untuk menjaga komunikasi
dengan sesama manusia lain. Informasi sendiri sangatlah beragam jenisnya dan
belum tentu baik dikonsumsi semua. Untuk itulah manusia harus pandai dalam
memilih dan menyaring informasi yang tersedia atau pun yang didapatkan.
Informasi bisa didapat dari berbagai sumber, entah itu dari buku, koran, blog, forum-forum,
juga media sosial, dan lain sebagainya.
Sumber informasi berupa buku sebagian
isinya tepat karena memang isinya ada yang mempertanggungjawabkan. Buku-buku
yang tersedia di perpustakaan sudah tentu buku yang memang layak dikonsumsi
isinya oleh orang banyak karena memang tidak sembarang buku dijadikan koleksi. Lain
halnya dengan informasi yang ada di internet (blog, forum, dan lainnya), tidak
semua informasi di dalamnya tepat karena semua orang bebas untuk menulis apapun
tanpa diketahui latar belakangnya.
Kedua sumber tersebut memang berbeda
kemasan dan cara penyajiannya sehingga berpengaruh pula terhadap selera
penggunanya. Dengan perbedaan tersebut apakah keduanya menjadi suatu persaingan
ataukah saling melengkapi? Kita sebagai pengguna tidak akan pernah tau jika
kita sendiri tidak pernah melakukan penelusuran informasi.
Perpustakaan adalah suatu lembaga
yang menyediakan informasi yang beragam (tergantung dari jenis perpustakaannya).
Informasi yang ada di perpustakaan sudah dapat dipastikan informasi yang tepat
dan akurat karena sumbernya pun jelas. Perpustakaan juga terbagi menjadi
beberapa jenis tergantung kebutuhan para penggunanya. Dengan kemajuan jaman,
koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan tidak hanya koleksi buku, namun kini
telah banyak perpustakaan yang memiliki koleksi digital. Cara pelayanannya pun
kini tidak hanya pada pelayanan manual. Sudah banyak perpustakaan yang
menggunakan pelayanan otomatis. Pelayanan tersebut antara lain OPAC, digital
library, sistem scan barcode untuk peminjaman, bahkan ada yang sudah
menggunakan teknologi RFID. Di jaman yang serba maju ini sangatlah ketat dalam
hal persaingan. Jika tidak ingin ditinggalkan oleh penggunanya maka
perpustakaan haruslah berbenah dan berbaur dengan jaman.
Sedangkan media sosial sendiri adalah
suatu media (sarana) yang digunakan untuk mengungkapkap suatu gagasan, ide, dan
pendapat seseorang mengenai suatu masalah atau bahasan dan berhak dibaca oleh
orang umum. Dalam penyampaian pendapatnya, seseorang bebas mengungkapkan apa
saja yang ada di kepalanya, namun haruslah tetap menggunakan etika agar kelak
pendapat, ide, atau gagasannya tidak menyinggung perasaan orang lain yang
membacanya.
Banyak orang yang berpikir bahwa
mencari informasi di perpustakaan tidak menarik karena berbagai alasan, salah
satunya soal kecepatan pencarian. Hal tersebut membuat banyak orang menjadi
malas mengunjungi perpustakaan. Namun pustakawan haruslah kreatif dalam
berbagai bidang, salah satunya dalam bidang IT dan pemasaran. Pustakawan bisa
memanfaatkan sosial media yang bisa dikatakan sebagai saingan untuk menggali
informasi sebagai sarana untuk memajukan perpustakaan itu sendiri. Banyak cara
yang bisa dilakukan oleh para pustakawan, seperti memasarkan kegiatan tentang
perpustakaan, memasarkan jasa perpustakaan, juga untuk menampung tulisan-tulisan
yang dihasilkan oleh para pustakawan. Dengan dilakukannya hal-hal tersebut maka
sosial media tersebut bisa bermanfaat untuk dunia perpustakaan.
Kegiatan memasarkan perpustakaan
bisa menjadi sangat mudah bila bisa memanfaatkan fungsi dari media sosial
sendiri. Pustakawan bisa melakukan kegiatan tersebut melalui media sosial yang
berbentuk cetak (koran, tabloid, dan sebagainya) atau melalui media sosial
maya/virtual (Facebook, Twitter, Blog, YouTube dan lain sebagainya). Media-media
tersebut bebas digunakan oleh siapapun tanpa ada larangan.
Para pustakawan juga bisa
mempublikasikan berbagai macam jenis tulisan yang mereka hasilkan. Mereka bisa
menulis sebuah buku dan mereka terbitkan melalui jasa penerbit. Setelah itu,
untuk memasarkan buku tersebut mereka bisa memanfaatkan media sosial. Misalnya
memasarkan buku mereka melalui facebook dan twitter. Kedua media sosial
tersebut sudah dikenal banyak orang dan penggunanya meliputi lingkup dunia.
Dengan cara tersebut, semua orang akan tahu tentang apa yang pustakawan
pasarkan dan sedikit demi sedikit orang awam juga akan tahu mengenai dunia
perpustakaan. Media sosial juga bisa diganakan untuk interaksi antara
pustakawan dan pengguna. Interaksi dapat dilakukan secara sinkronus (fasilitas
chatting) atau asinkronus (fasilitas kirim pesan/personal message)[1].
Selain itu, beberapa perpustakaan
menggunakan YouTube untuk mempromosikan pelayanan mereka[2]. Para
pustakawan hanya perlu membuat akun dan sudah langsung bisa mengunggah video di
youtube.com tanpa dipungut biaya.
Dengan begitu, orang diseluruh dunia akan tahu tentang perpustakaan dan apa
yang dipromosikan.
Dari
pembahasan di atas dapat diketahu bahwa sebenarnya media sosial dan
perpustakaan bisa dijadikan suatu cara baru untuk berbagi informasi. Keduanya
sama-sama menyediakan informasi walaupun berbeda cara menyajikannya. Namun
perbedaan itu tidaklah menjadi suatu halangan untuk dijadikan sebuah inovasi.
Sosial media
bisa bermanfaat bagi perpustakaan untuk kegiatan promosi dan penyebaran
informasi. Dengan kelebihan sosial media yang digunakan oleh banyak orang maka
perpustakaan pun juga berkemungkinan dikenal. Perpustakaan akan tetap digunakan
oleh banyak orang jika para pustakawan mampu memanfaatkan kelebihan media
sosial yang ada. Jadi kedua media tersebut sebenarnya bukanlah menjadi suatu
persaingan, akan tetapi bisa dijadikan sebuah sarana untuk membantu fungsi
masing-masing.
Salam Pustakawan *
Referensi
diakses tanggal 13/05/2013 21:40
diakses
tanggal 13/05/2013 21.28
[1]
Hendro Wicaksono, LIBRARY 2.0 DAN
DAMPAKNYA DALAM PENGEMBANGAN APLIKASI DAN LAYANAN PERPUSTAKAAN, (http://www.pdii.lipi.go.id/baca/index.php/baca/article/view/93),
tanggal akses 13/05/2013 21:40
[2] Rosa Widyawan, LIBRARY
2.0 TIDAK TERASA ADA DI SEKITAR KITA, (http://pdii.lipi.go.id/baca/index.php/baca/article/view/94), tanggal akses 13/05/2013 21.28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar