Welcome to KID'Z Land

Jumat, 08 Maret 2013

Pustakawan, Jalan-Jalan, Video Asyik, dan Film Cetar

Perpustakaan tidaklah kaku kayak apa yang kebanyakan orang-orang bayangin. Kalo masih ada yang mikir kaya gitu berarti jadul, jaman pra-sejarah doang yang mikir kaya gitu.
Bukti perpustakaan fleksibel tu udah banyak kok. Baru-baru ini, banyak video “Harlem Shake” yang isinya tu nyangkut sama perpustakaan. Terbukti kan orang-orang yang ada di perpustakaan itu gak kaku, gak jadul, gak ganas kaya yang banyak orang pikirin. Mereka itu orang-orang ceria, penuh informasi, gak ketinggalan tren, bisa berbaur sama kemajuan jaman juga kok.
Satu lagi yang paling terbaru, jurusan Ilmu Perpustakaan (jurusan gue Men) di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogjakarta bikin sebuah film yang dikasih judul “Pasca Cetak”. Dalam pikiran pasti bertanya-tanya, “Gimana ya kualitas filmnya?”. Gak usah ragu, kualitas film gak kalah sama film-film di bioskop-bioskop kesayangan anda :D. Para pemain juga asli dari anak-anak jurusan Ilmu Perpustakaan, dosennya juga gak mau ketinggalan buat ikutan. Nambah satu bukti lagi kan kalo orang-orang di perpustakaan bahkan yang lagi menempuh pendidikan “Ilmu Perpustakaan” itu fleksibel, gak kaku kaya besi pondasi rumah.
Selasa, 5 Maret 2013, bertempat di Convention Hall UIN Suka Jogjakarta, film “Pasca Cetak” resmi launching perdana. Gak cuma pemutaran film doang, disana juga ada narasumber yang bicara soal perpustakaan juga (Ibu Yuventini). Bu Yuve banyak bercerita soal pengalamannya di dunia perpustakaan. Track recordnya di dunia perpustakaan jangan ditanyakan lagi. Beliau udah pernah jalan-jalan ke Thailand untuk mencari pengalaman  dan melihat bagaimana keadaan perpustakaan disana. Beliau juga menyinggung mengenai TI di perpustakaan. TI akan lebih membuat perpustakaan lebih maju, lebih keren, lebih enak dikunjungi, dan lebih ikut perubahan jaman.
“Akan tetapi TI bukanlah segalanya, kita tetep harus pake cara manual di saat yang dibutuhkan”, itu satu pesan Bu Yuve.
TI memang bukanlah segalanya, cara manual pun masih tetap berlaku. Misal aja menggunting kertas, akan lebih mudah pake gunting ketika pengen menggunting sesuatu (open your mind, please, jangan hanya terpaku pada lembaran kertas Men).
Selain masalah TI, juga disinggung masalah jumlah pustakawannya sendiri. Jumlah pustakawan di Indonesia gak sebanding sama jumlah perpustakaannya. Kalo gak sebanding udah jelas kan pelayanan belum maksimal. Maka dari itu, kita gak usah minder kalo nama kita bergelar “Pustakawan”, kita harus bisa jadi penerus yang hebat biar pustakawan di Indonesia tu sebanding sama perpustakaannya, pelayanannya juga biar tambah maksimal. Pustakawan bukan pekerjaan yang menjijikkan kok, gara-gara perpustakaan juga kan Bu Yuve bisa jalan-jalan ke Thailand, gak pengen kah???

“Pustakawan bukan hanya pekerjaan, tetapi jiwa”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Flame