Perpustakaan tidaklah kaku kayak
apa yang kebanyakan orang-orang bayangin. Kalo masih ada yang mikir kaya gitu
berarti jadul, jaman pra-sejarah doang yang mikir kaya gitu.
Bukti perpustakaan fleksibel tu
udah banyak kok. Baru-baru ini, banyak video “Harlem Shake” yang isinya tu
nyangkut sama perpustakaan. Terbukti kan orang-orang yang ada di perpustakaan
itu gak kaku, gak jadul, gak ganas kaya yang banyak orang pikirin. Mereka itu
orang-orang ceria, penuh informasi, gak ketinggalan tren, bisa berbaur sama
kemajuan jaman juga kok.
Satu lagi yang paling terbaru,
jurusan Ilmu Perpustakaan (jurusan gue Men) di Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Jogjakarta bikin sebuah film yang dikasih judul “Pasca Cetak”. Dalam
pikiran pasti bertanya-tanya, “Gimana ya kualitas filmnya?”. Gak usah ragu,
kualitas film gak kalah sama film-film di bioskop-bioskop kesayangan anda :D.
Para pemain juga asli dari anak-anak jurusan Ilmu Perpustakaan, dosennya juga gak
mau ketinggalan buat ikutan. Nambah satu bukti lagi kan kalo orang-orang di
perpustakaan bahkan yang lagi menempuh pendidikan “Ilmu Perpustakaan” itu
fleksibel, gak kaku kaya besi pondasi rumah.
Selasa, 5 Maret 2013, bertempat
di Convention Hall UIN Suka Jogjakarta, film “Pasca Cetak” resmi launching
perdana. Gak cuma pemutaran film doang, disana juga ada narasumber yang bicara
soal perpustakaan juga (Ibu Yuventini). Bu Yuve banyak bercerita soal
pengalamannya di dunia perpustakaan. Track
recordnya di dunia perpustakaan jangan ditanyakan lagi. Beliau udah pernah
jalan-jalan ke Thailand untuk mencari pengalaman dan melihat bagaimana keadaan perpustakaan
disana. Beliau juga menyinggung mengenai TI di perpustakaan. TI akan lebih
membuat perpustakaan lebih maju, lebih keren, lebih enak dikunjungi, dan lebih
ikut perubahan jaman.
“Akan tetapi TI bukanlah segalanya, kita tetep harus pake cara manual di saat yang dibutuhkan”, itu satu pesan Bu Yuve.
TI memang bukanlah segalanya,
cara manual pun masih tetap berlaku. Misal aja menggunting kertas, akan lebih
mudah pake gunting ketika pengen menggunting sesuatu (open your mind, please, jangan
hanya terpaku pada lembaran kertas Men).
Selain masalah TI, juga
disinggung masalah jumlah pustakawannya sendiri. Jumlah pustakawan di Indonesia
gak sebanding sama jumlah perpustakaannya. Kalo gak sebanding udah jelas kan
pelayanan belum maksimal. Maka dari itu, kita gak usah minder kalo nama kita
bergelar “Pustakawan”, kita harus bisa jadi penerus yang hebat biar pustakawan
di Indonesia tu sebanding sama perpustakaannya, pelayanannya juga biar tambah
maksimal. Pustakawan bukan pekerjaan yang menjijikkan kok, gara-gara
perpustakaan juga kan Bu Yuve bisa jalan-jalan ke Thailand, gak pengen kah???
“Pustakawan bukan hanya
pekerjaan, tetapi jiwa”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar